Mayoritas game-game berbujet besar yang dirilis menyandang predikat “AAA”. Banyaknya jumlah huruf A tersebut mewakili seberapa besar bujet dan juga seberapa kompleks game yang tengah dikembangkan tersebut. Namun, Ubisoft kelihatannya ingin membuka tingkatan baru dengan game mereka selanjutnya.

Adalah Skull and Bones, game yang dikembangkan oleh Ubisoft sejak 2013 tersebut memang mengalami banyak naik-turun. Untungnya, game ini bisa kembali ke jalannya dan direncanakan akan segera dirilis di tahun ini.

Namun, kontroversi kelihatannya tidak bisa meninggalkan Skull and Bones. Karena dalam sesi tanya-jawab dengan para investor kuartal 3 yang baru dilakukan, CEO Ubisoft Yves Guillemo menyebut bahwa Skull and Bones adalah game AAAA atau ‘Empat A’.

Salah satu investor mempertanyakan alasan Ubisoft memaksakan Skull and Bones untuk dibanderol dengan harga $70 atau sekitar Rp1 juta. Padahal keputusan ini dianggap akan membatasi potensi jumlah pemain mereka. Investor tersebut bahkan menyebut bahwa model bisnis free-to-play lebih sesuai untuk game ini.

“Ini adalah game yang sangat besar, dan kami merasa bahwa para gamer akan benar-benar melihat betapa luas dan lengkapnya permainan ini. Ini adalah permainan yang benar-benar penuh, game tiga…empat-A,” ungkap Gullemot dikutip dari VGC.

Sayangnya, pendapat sang CEO  tersebut ternyata tidak sejalan dengan pendapat dari para gamer yang baru menjajal sesi betanya. Banyak pemain yang kebagian akses beta dari Skull and Bones menyebut game ini sebagai game yang ‘membosankan’.

Umpan balik lebih banyak akan segera terlihat karena Ubisoft saat ini sedang melakukan sesi open beta untuk Skull and Bones. Yang tentunya akan memberi gambaran apakah Skull and Bones memang benar-benar layak disebut game AAAA, atau hal ini hanyalah jargon marketing belaka.

Kenaikan harga game dari $60 ke $70 memang masih terus menjadi perdebatan hingga saat ini. Tetapi dengan durasi dan rumitnya pengembangan game-game saat ini, banyak pihak yang menganggap bahwa kenaikan ini dapat dimaklumi.

Sayangnya, untuk kasus Skull and Bones, game ini dikembangkan oleh Ubisoft sebagai game live-service yang memang lebih cocok dijadikan game free-to-play yang dapat memaksimalkan jumlah pemainnya. Sekaligus menjaga kestabilan jumlah pemainnya untuk waktu yang lama.

 

By Galih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *